Thursday, 20 February 2014

PSIKOLOGI LISAN - WADAH ISLAMI.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar berita yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang kadang isu kecil di perbesarkan dalam berita yang di edarkan atau sebaliknya. Kadang kadang berita itu berkait dengan kehormatan seseorang muslim. Bagaimanakah sikap kita terhadap berita yang belum tahu kebenarannya dan bersumber dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya?
Dalam naskah berikut ini, penulis menjelaskan kepada kita, bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya itu.
Allah berfirman, maksudnya:-

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].

Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman percaya kepada berita angin. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita itu benar, dan juga tidak semua berita yang disampaikan ada faktanya. Ingatlah, musuh-musuh kamu senantiasa mencari kesempatan untuk menjatuhkan kamu. Maka wajib atas kamu untuk selalu berwaspada, hingga kamu boleh kenal pasti orang yang hendak menyebarkan berita yang tidak benar.

Allah berfirman, maksudnya:-

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”

Maksudnya, janganlah kamu menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sebelum kamu periksa, teliti dan mendapatkan bukti kebenaran nya.
(Dalam ayat ini) Allah memberitahu, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang kala ia juga benar. Karena, berita yang disampaikan tidak boleh diterima dan juga tidak ditolak begitu saja, kecuali setelah diteliti. Jika benar sesuai dengan bukti, maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.
Kemudian Allah menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan untuk mempercayai berita-berita tersebut. Allah berfirman.
“Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya”.
Kemudian nampak bagi kamu kesalahanmu dan kebersihan mereka.
“Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al Hujurat : 6]
Terutama jika berita tersebut boleh menyebabkan punggungmu kena rotan. Maksudnya isu yang kamu bicarakan boleh mengkibatkan kamu kena hukum had, seperti qadzaf (menuduh) dan yang sejenisnya.
Sesungguhnya semua kaum muslimin perlu menghayati ayat ini, untuk di baca dan renungi, lalu beradab dengan adab yang ada padanya. Betapa banyak fitnah yang terjadi akibat berita bohong yang disebarkan orang fasiq yang jahat! Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang terkoyak, akibat berita yang tidak benar! Berita yang dibuat oleh para musuh Islam. Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan umat Islam , dengan menyemarakkan dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam.
Betapa banyak dua saudara, berpisah disebabkan berita bohong! Betapa banyak suami-isteri berpisah karena berita yang tidak benar! Betapa banyak bangsa bangsa, dan kumpulan kumpulan, parti parti,jemaah jemaah dan negara negara saling memerangi, karena tertipu dengan berita bohong!
Allah Azza wa Jalla Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui, telah meletakkan satu kaedah bagi umat ini untuk memelihara mereka dari perpecahan, dan membentengi mereka dari pertikaian, juga untuk memelihara mereka dari api fitnah.
Tetapi sayang tidak ada satu pun masyarakat muslim yang bebas dari orang-orang munafiq yang memendam kedengkian. Mereka tidak senang melihat kaum muslimin berbaik baik menjadi masyarakat yang bersatu dan bersaudara.
Wajib atas kaum muslimin untuk berhati hati dan berwaspada dengan musuh-musuh mereka. Dan hendaklah kaum muslimin mengetahui, bahwa para musuh mereka tidak pernah tidur (tidak pernah berhenti) merancang tipu daya terhadap kaum muslimin. Maka wajiblah atas mereka untuk senantiasa waspada, sehingga boleh mengetahui sumber kebencian, dan bagaimana rasa saling permusuhan dikobarkan oleh para musuh.
Sesungguhnya keberadaan orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih berbahaya, ialah keberadaan orang-orang mukmin berhati baik yang selalu menerima berita yang dibawakan orang-orang munafiq. Mereka membuka telinga lebar-lebar mendengarkan semua ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai dengan berita itu. Mereka tidak peduli dengan bencana yang bakal menimpa kaum muslimin akibat percaya kepada orang munafiq.
Al Qur’an telah mencatatkan buat kita satu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin, akibat dari sebagian kaum muslimin yang mengikuti orang-orang munafiq yang dengki, sehingga boleh mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang sebelum kita.
Bacalah Surat An Nur dan renungilah ayat-ayat penuh barakah yang Allah ucapkan tentang kebersihan Ummul Mukminin ‘Aisyah x dari tuduhan kaum munafiq. Kemudian sebagian kaum muslimin yang jujur terikut ikut menuduh tanpa meneliti bukti-buktinya. Allah berfirman.

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa ifki adalah dari golongan kamu juga.Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu.Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya, dan barangsiapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar”. [An Nur : 11].
Ifki maksudnya ialah berita bohong. Dan ini merupakan kebohongan yang paling jelek.
“Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu”. [An Nur : 11].
Tidak semua perkara-perkara itu boleh dinilai hanya melalui zahirnya saja. Karena terkadang kebaikan atau nikmat itu datang dalam satu bentuk yang kelihatannya menyusahkan. Diantara kebaikan (yang dijanjikan Allah buat keluarga Abu Bakar), ialah Allah menyebut mereka di malail a’la. Dan Allah menurunkan beberapa ayat yang boleh dibaca mengenai keadaan (keluarga Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu).
Dengan turunnya ayat ini, maka hilanglah mendung dan tersingkaplah kegelapan itu. Lenyap sudah gunung kepedihan yang berlegar dalam kalbu Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, suaminya, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayahandanya. Sebagaimana juga hilangnya kepedihan si penuduh, iaitu seorang shahabat yang jujur Shafwan bin Mu’atthil.
Kemudian ayat selanjutnya mengajarkan kepada kaum mukminin, bagaimana menyikapi berita. Allah berfirman.
“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-orang mu’minin dan mu’minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata:”Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” [An Nur : 12].
Wahai kaum msulimin, inilah langkah pertama yang harus engkau lakukan, jika ada berita buruk tentang saudaramu, yaitu berhusnuhan (berperasangka baik) kepada dirimu. Jika engkau sudah husnuzhan kepada dirimu, maka selanjutnya kamu wajib husnuzhan kepada saudaramu dan (menyakini) kebersihannya dari cela yang disampaikan. Dan engkau katakan,
“Maha Suci Engkau (Allah) , ini merupakan kedustaan yang besar”. [An Nur : 16].
Inilah yang dilakukan oleh sebagian shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika sampai berita kepada mereka tentang Ummul Mukminin.
Diceritakan dari Abu Ayyub, bahwa istrinya berkata,”Wahai Abu Ayyub, tidakkah engkau dengar apa yang dikatakan banyak orang tentang Aisyah?” Abu Ayyub menjawab,”Ya. Itu adalah berita bohong. Apakah engkau melakukan perbuatan itu (zina), hai Ummu Ayyub? Ummu Ayyub menjawab,”Tidak. Demi Allah, saya tidak melakukan perbuatan itu.” Abu Ayyub berkata,”Demi Allah, A’isyah itu lebih baik dibanding kamu.”
Kemudian Allah berfirman.
“Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu. Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta”. [An Nur : 13].
Inilah langkah yang kedua, jika ada berita tentang saudaranya. Langkah pertama, mencari dalil yang bersifat batin, maksudnya berhusnuzhan kepada saudaranya.
Langkah kedua mencari bukti nyata.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”. [Al Hujurat : 6].
Maksudnya mintalah bukti kebenaran suatu berita dari si pembawa berita. Jika ia boleh mendatangkan buktinya, maka terimalah. Jika ia tidak boleh membuktikan, maka tolaklah berita itu di depannya; karena ia seorang pendusta. Dan cegahlah masyarakat agar tidak menyampaikan berita bohong yang tidak ada dasarnya sama sekali. Dengan demikian, berita itu akan mati dan terkubur di dalam dada pembawanya ketika kehilangan orang-orang yang mau mengambil dan menerimanya.
Seperti inilah Al Qur’an mendidik umatnya. Namun sayang sekali , banyak kaum muslimin yang tidak konsisten dengan pendidikan ini. Sehingga jika ada seorang munafik yang menyebarkan berita bohong, maka berita itu akan segera disebarkan di masyarakat samada melalui percakapan atau melalui media termasuk melalui internet tanpa periksa dan meniliti kebenarannya. Dalam hal ini Allah berfirman.
“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut”.[An Nur : 15].
Pada dasarnya ucapan itu diterima dengan telinga, bukan dengan lisan. Akan tetapi Allah ungkapkan tentang cepatnya berita itu tersebar di tengah masyarakat. Seakan-akan kata-kata itu keluar dari mulut ke mulut tanpa melalui telinga, dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa yang didengar, selanjutnya memutuskan boleh atau tidak berita itu disebar luaskan.
“Kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”. [An Nur : 15].
Allah mendidik kaum mukminin dengan adab ini. Mengajarkan kepada mereka cara menghadapi berita serta cara membanterasnya, sehingga tidak tersebar di masyarakat. Setelah itu Allah mengingatkan kaum mukminin, agar tidak membicarakan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Allah juga mengingatkan mereka, agar tidak menyertai bantu para pendusta penyebar berita bohong. Allah berfirman.
“Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman”. [An Nur : 17].
Kemudian Allah menjelaskan, membantu para pendusta bererti mengikuti langkah-langkah syaitan. Allah berfirman.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar”. [An Nur : 21].
Dalam ayat selanjutnya Allah menerangkan, lisan dan semua anggota badan lainnya akan memberikan kesaksian atas seorang hamba pada hari kiamat. Allah berfirman.
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar, pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka, bahwa Allah-lah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)”. [An Nur 23-25].
Wahai para penyebar berita palsu (fitnah)! Wahai para pendusta! Hai orang yang tidak senang melihat orang mukmin saling berbaik baik sehingga dipisahkan! Hai orang yang tidak suka melihat kaum mukmin aman! Hai para pencari aib orang yang baik! Tahanlah lidahmu, karena sesungguhnya kamu akan diminta pertanggungjawaban kata-kata yang engkau ucapkan. Allah berfirman.
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. [Qaf : 18].
Tahanlah lidahmu! Jauhilah perbuatan bohong dan janganlah menyebar fitnah! Janganlah menuduh kaum muslimin tanpa bukti, dan janganlah berburuk sangka kepada mereka! Seakan-akan aku dengan engkau, wahai saudaraku, berada pada hari kiamat; hari kerugian dan hari penyesalan. Sementara para seterumu merebutmu. Yang ini mengatakan “engkau telah menzalimiku”, yang lain mengatakan “engkau telah menfitnahku”, yang lain lagi mengatakan, “engkau telah mengaibkanku”. Sementara engkau tidak mampu menghadapi mereka. Engkau mengharap kepada Rabb-mu agar menyelamatkanmu dari mereka, namun tiba-tiba engkau mendengar.
Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya”. [Al Mukmin : 17].
Lalu engkaupun menjadi yakin dengan neraka. Engkau ingat firman Allah.

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak” [Ibrahim : 42].

Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan. Dan semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya.

Friday, 14 February 2014

Hasbunallah wanikmal wakil



Ketika kaki tersesat tak tentu arah
Ketika bahu melemah tiada sandaran
Ketika hati perih tiada pengubat

 Hasbunallah wanikmal wakil
Cukuplah Allah Menjadi Penolong Kami

 La Tahzan Innallaha Ma'ana
Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita

 Innallaha ma'asshobirin
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar

~Jangan pernah mengira kita sempurna dalam bersendirian, kerana Allah akan senantiasa ada, menjadi petunjuk, penenang, tempat bersandar, pengubat luka..

KERANAMU



Bila kuimbas lagi 
Terusik peristiwa dulu yang mengguris hati 
Terkulai-kulai diri bila cinta didustai 
Oleh insan yang pertama aku sayangi 

Bila aku kenangi 
Hidupku tak lagi ceria seperti dahulu 
Tiada lagi keindahan yang aku rasai 
Ohh... selama ini teguhnya cintaku 
Pada mu kekasih 

Oh oh oh... 
Tidak ku menjangkakan ini 'kan terjadi 
Bila sidia undur diri dan memutus cinta 
Alam kurasakan suram 
Tiada lagi beri simpati 

Oh oh oh... 
Ternyata kejujuran salah ditafsirkan 
Rupa-rupanya di hatimu dia yang bertakhta 
Mengikis semarak cinta yang telah kita bena 
Seindahnya di syurga 

Kekasih... 
Kita berdua menjalin kasih 
Yang akhirnya terpisah jua 
Ku rela kau pergi 

Friday, 7 February 2014

JANJI

Nabi Muhammad SAW telah mengajar ummatnya agar sentiasa memperlihatkan kematangan dalam segenap tindak-tanduk, ini termasuk cara penampilan diri, cara bermuamalah, berpendidikan, berkeluarga, berpolitik, berekonomi, berjiran, bersahabat, tidak kurang juga pengamalan kepada akhlak-akhlak terpuji seperti menepati janji.

Ini kerana orang yang memungkiri janji termasuk dalam katogeri manusia yang dilabelkan sebagai talam dua muka, tindakan itu dilarang keras oleh baginda Rasulullah s.a.w., justeru mereka yang terbabit dalam kategori ini jelas disebut sebagai golongan munafik, wal 'iyazu billah.

Ia sebagaimana sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud: Empat ciri jika seorang Muslim itu memilikinya, maka dia menjadi seorang munafik tegar melainkan selepas itu dia meninggalkannya: "Jika diberikan sesuatu amanah dia cabulinya, jika dia bercakap dia berdusta, jika dia berjanji dia memungkirinya dan jika dia bertelingkah dia celupar."

Jelas daripada apa yang ditegaskan Nabi melalui hadis tersebut di atas, membayangkan kepada kita betapa memungkiri janji adalah satu perbuatan negatif yang melayakkan seseorang Muslim itu digelar munafik, apa yang membimbangkan kita ialah golongan munafik ditempatkan Allah di bawah sekali dalam api neraka, tempat yang paling dekat dengan api yang membakar.

Sesungguhnya apabila seseorang Muslim itu mampu menunaikan sesuatu janji terhadap saudara Muslimnya yang lain, maka sebenarnya dia telah melakukan satu tuntutan agama yang amat besar dalam hidupnya, malah dia berhak mendapat naungan daripada Allah dalam segenap aktiviti kehidupan hariannya sebagai Muslim yang baik.

Bagi membuktikan kesahihan kenyataan di atas, berikut disebut satu kisah benar berhubung nilai seseorang Muslim yang berusaha untuk menunaikan janjinya seperti yang disebut oleh Syeikh Taha Abdullah al-'Afifi dalam kitabnya 'Wasiat-wasiat Rasulullah':

Terdapat seorang lelaki beriman pada zaman silam yang amat memerlukan wang untuk berbelanja dan mahu meminjam sejumlah wang daripada orang lain, namun si pemiutang tidak dapat membawa seorang saksi dalam urusan peminjaman wang. Walau bagaimanapun pemberi hutang itu reda dan sedia untuk memberikan sejumlah wang yang diminta dan berkata bahawa cukuplah Allah sebagai saksi.

Dengan niat yang baik kerana Allah, pemiutang berjanji pada dirinya sendiri akan membayar hutang-hutangnya bila ada wang yang mencukupi untuk berbuat demikian, niat baiknya itu dibantu Allah dan memperkasa dirinya untuk sedia membayar.

Dengan niat baik untuk membayar, maka Allah SWT memudahkan urusannya berbuat demikian, satu hari dia bertekad untuk bertemu dengan pemberi hutang bagi melunaskan segala hutangnya, tiba-tiba takdir Allah mengatasi segala-segalanya, jambatan yang menghubungkan dua kampung dan memisahkan antara pemiutang dan pemberi hutang roboh akibat banjir besar, kerana takut jika dia (pemiutang) tidak menunaikan janji, maka dia telah meletakkan sejumlah wang yang dipinjam dahulu dalam sebatang kayu berlubang dan tertulis padanya daripada pemiutang kepada pemberi hutang, kayu itu pun dihanyutkan ke dalam sungai dan dia terus berdoa semoga hutang-hutang yang dilunaskannya diselamatkan Allah.

Kehendak Allah mengatasi segala-segalanya apabila pemberi hutang yang jarang turun ke sungai tiba-tiba muncul di situ dan mendapati ada sebatang kayu yang dihanyutkan tertulis namanya daripada pemiutang, beliau bersyukur kepada Allah atas pertolongan-Nya.

Walau bagaimanapun pemiutang masih dibelenggu keadaan sugul sama ada hutangnya sampai ataupun tidak, setelah jambatan itu dibaiki, pemberi hutang terus mencari pemiutang di kampung bersebelahan bagi mengkhabarkan berita baik itu, masing-masing gembira dan bersyukur kepada Allah kerana niat baik untuk menunaikan janji dikabulkan Allah.

Daripada kisah benar di atas, dapatlah disimpulkan bahawa menepati janji itu boleh dibahagikan kepada beberapa bahagian:

1-Menunaikan janji terhadap Allah

Ia lebih kepada janji seorang muslim itu untuk melaksanakan segala hukum Allah dalam al-Quran seperti hukum-hukum hudud, qisas, mendirikan solat, puasa, zakat, haji agar tidak dilabelkan Allah sebagai orang munafik.

2- Menunaikan janji terhadap Rasulullah

Iaitu berjanji untuk mengikut segala tunjuk ajar baginda, menghidupkan sunnah-sunnahnya bagi meraih tempat terbaik di sisi Nabi pada hari kiamat.

3- Menunaikan janji terhadap kedua ibu bapa

Untuk menjadi anak-anak yang solih semasa kehidupan keduanya ataupun selepas kematian mereka.

4- Menunaikan janji sesama manusia

Menepati waktu ketika berjanji dengan tidak melewatkan masa, kerana kelewatan masa akan menjejas kredibilitinya begitu juga dalam perkara berhutang, hendklah dia berniat untuk melunaskannya dan niatnya itu akan ditunaikan Allah.

5- Menunaikan janji pada diri sendiri

Berjanji untuk menjadi seorang hamba Allah yang baik, bukan sahaja sebagai seorang Islam, malah berusaha untuk meningkatkan diri untuk menjadi insan yang beriman dan seterusnya bertakwa kepada Allah dalam tingkah lakunya, ibadatnya, seluruh hidupnya, matinya adalah hanya untuk Allah SWT sahaja.


HARAPLAH SELAGI BERNAFAS.


Wednesday, 5 February 2014

sejuk, tenang, baik, sayang, bersih.


MAKNO JIN DAN SETAN - MENURUT PERSPEKTIF AHLINYA



1. Satu soalan yang mudah tetapi ramai yang keliru. Bagi makhluk yang berakal, Allah s.w.t hanya mencipta jin, manusia dan malaikat. Bapa kepada manusia adalah Nabi Adam a.s dan bapa kepada jin adalah Jan. Ini bertepatan dengan firman Allah s.w.t Surah Ar-Rahman ayat 15 :Yang bermaksud : Dia ( Allah ) menciptakan Jann ( Jin ) dari nyalaan api ( Pucuk api yang menyala-nyala atau Maarij ).

2. Malah jin telah diciptakan dahulu sebelum diciptakan manusia seperti yang telah dijelaskan dalam Surah Al-Hijr ayat 26 hingga 27, yang bermaksud : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat yang kering kontang yang berasal dari lumpur hitam yang di beri bentuk dan Kami telah ciptakan Jin sebelum di ciptakan manusia daripada api yang sangat panas." Sebab itulah jin telah terlebih dahulu menghuni bumi sebelum manusia.

3. Iblis juga adalah dari keturunan jin yang bernama Azazil. “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin…” (Al-Kahfi: 50).

4. Azazil merupakan ketua para malaikat di langit dan mengajar para malaikat. Ia digelar iblis, yang dilaknat, setelah engkar untuk sujud kepada Nabi Adam a.s lalu Allah SWT murka. Hakikat penciptaan iblis yang dicipta dari api sama seperti jin ini disebut dalam al-quran iaitu dalam Surah Al-‘Araf ayat 12 :Yang bermaksud : " Engkau ciptakan aku ( kata Iblis ) dari api sedangkan ciptakan dia ( Adam ) dari tanah.Bermakna yang Allah ciptakan hanyalah jin, manusia dan malaikat. Dalam satu hadis Nabi s.a.w yang telah diriwayatkan oleh Muslim r.a: Maksudnya : " Malaikat diciptakan dari cahaya, Jaan diciptakan dari lidah api sedangkan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan kepada kamu ( tanah).

5. Bagaimana pula dengan syaitan? Syaitan bukannya makhluk tetapi sebaliknya adalah sifat. Sama seperti apabila kita menyebut perkataan munafik, ia adalah sifat. Syaitan adalah merujuk kepada sifat kejahatan. Sebab itulah dalam surah An-Nas kita meminta berlindung dari Allah daripada syaitan-syaitan di kalangan jin dan manusia. Maknanya, syaitan ini boleh terdiri daripada jin dan juga manusia. Oleh itu usah keliru lagi. Ramai yang silap, keliru dan tidak faham selama ini.

HARAPLAH SELAGI BERNAFAS
(SMKA SHAMS-UPM-UM-JPM-PM)

Tuesday, 4 February 2014

PSIKOLOGI SAHABAT SEJATI



Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha esa.

1. Saya kuatkan semangat, memperuntukkan sedikit masa, mencatat nota ini, dengan niat untuk mendapat sedikit pahala kebaikan. Moga catatan ini akan dipanjangkan oleh sekalian sahabat FB saya. Lalu sama-samalah dapat kita rasa, nikmat membantu diri sendiri dan jua insan lain….yang memerlukan. 

2. Pada hari ini, isu manusia….berkonflik dengan rakan sebaya, rakan sekerja, adik beradik, jiran tetangga, rakan separti, rakan sepermaian HINGGALAH rakan sesurau…….bersiaran di dada akhbar dan media massa tanpa henti.

3. Umum menerima penghujahan, bahawa ibubapa yang terbaik boleh menjadi sahabat terbaik kepada anaknya. Guru terbaik, boleh menjadi sahabat terbaik kepada muridnya. Malah nenek terbaik boleh menjadi sahabat terbaik kepada cucunya.

4. Sahabat…………………...konotasi maksudnya sangat dinamik, universal dan dekat dihati insani. Ianya bermaksud insan atau seseorang yang setia, akan mendengar dan membantu masalah kita, sedaya upaya menjaga maruah kita hinggalah dianya sangat ikhlas benar menyayangi kita. Justeru, pasangan suami isteri yang bahagia…..mereka berkomunikasi guna caragaya sahabat yang setia, hingga sanggup berkorban nyawa dan harta. Persoalannya, apakah perspektif Islam dalam membugar maksud sahabat dan persahabat dalam neraca komunikasi insani……buat renungan masyarakat kita.

5. Menurut Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin….(buku ini adalah hadiah daripada cikgu saya Allahyarhamah Maimunah bt. Daie, moga Allah melimpah rahmat buatnya………berkat tulisan anak muridnya….yang dulu sangat nakal dan malas belajar, tapi kini alhamdulillah….dah pandai menghargai jasa cikgu) ……menurut nya,

“Orang yang tidak takut kepada Allah, tidak dapat dipercayai persahabatannya dan tidak dapat ditolak kecurangannya, bahkan biasanya ia memang suka bertukar-tukar sikap dengan pertukaran keadaan dan pendirian."
Lalu Imam Al Ghazali perkasakan hujahnya dengan merujuk kepada Firman Allah (Al Kahf : 28) yang bermaksud “Dan janganlah enkau menurut orang yang telah kami lalaikan hatinya dari mengingatiku, lalu ia mengikutkan hawanafsunya”.

Allah hu Akbar…….

Imam Al Ghazali nyatakan lagi, dengan merujuk kepada Firman Allah ( An Najm: 29) yang bermaksud “Maka berpalinglah engkau dari orang yang tiada mempedulikan peringatan kami dan ia hanya mengiinginkan kehidupan dunia semata-mata”.

Dan seterusnya, Allah telah berfirman (Luqman :15) maksudnya “Dan ikutlah jalan orang yang suka kembali (bertaubat)”.

6. Sahabat Nabi SAW bernama Alqamah telah berpesan kepada anak lelakinya, “Wahai anakku! Kiranya engkau merasakan perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang bersifat seperti ini……….

a. Jika engkau membuat bakti kepadanya, ia akan melindungi dirimu.
b. Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, ia akan membalas baik persahabatanmu itu.
c. Jika engkau memerlukan pertolongan daripadanya berupa wang dan sebagainya, ia akan membantumu.
d. Jika engkau menghulurkan sesuatu kebaikan kepadanya, ia akan menerima dengan baik.
e. Jika ia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) daripadamu, ia akan menghargai atau menyebut kebaikanmu.
f. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik daripadamu, ia akan menutupinya.
g. Jika engkau meminta sesuatu bantuan daripadanya, ia akan mengusahakannya.
h. Jika engkau berdiam diri (kerana malu hendak meminta), ia akan menanyakan kesusahanmu.
i. Jika datang sesuatu bencana menimpa dirimu, ia akan meringankan kesusahanmu (membuat sesuatu untuk menghilangkan kesusahan itu).
j. Jika engkau berkata kepadanya, niscaya ia akaan membenarkanmu.
k. Jika engkau merancang sesuatu, niscaya ia akan membantumu.
l. Jika kamu berdua berselisih faham, niscaya ia lebih senang mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan.”

Demikianlah pesanan Alqamah kepada anaknya…………………..

HARI INI

7. Kini, kita hidup zaman moden,abad ke 21. Zaman yang berbeza daripada zaman Allahyarham P.Ramlee dan Pendeta Za’aba. Kini zaman KJ. Zaman yang cabarannya mudah diatasi. Nak berkomunikasi mudah. Nak ke Mekah mudah. Nak ke mana sahaja, nak pakai apa saja, nak makan apa sahaja….semuanya ada dah. Apa yang tak ada ialah duit……………..duit…………dan keRAJINan. Duit maknanya doa, usaha, ilmu dan tawakkal. Hari ini, ramai orang kita tak ada kemantapan DUIT (Doa, Usaha, Ilmu dan Tawakkal).

8. Masalah berkalu dengan merujuk ayat slanga berikut……….”Maka berbondong bondonglah manusia kini yang hipokrit dan nak cepat berjaya. Semuanya nak percuma. Kalau ada kawan berwang dan berkuasa……maka sebolehnya dieksploitasi…..hingga kawan jadi lawan. Sedara jadi musuh. Adik beradik jadi tak bertegur sapa……semua kerana nak DUIT cepat dan mudah”. Wal hal, dalam Islam, Allah dah tegaskan bahawa untuk menjadi sahabat yang mulia, hamba Allah yang bertakwa, modalnya adalah diri kita sendiri.

9. AYAT TANYA! ………….Bagaimana kita nak miliki sahabat? Sebab orang tak percayakan kita. Kita sebenarnya kehilangan KASIH BELAS MANUSIA…..….hingga timbul isu kita mudah sedih dan kecewa kerana kawan kita bukan sahabat….sebaliknya kawan makan kawan, kawan jadi ibarat gunting dalam lipatan….menjadi umpama harapkan pagar, pagar pula yang makan padi.

10. Maka isu ini menjadi besar…………..lalu dicadangkan kepada kerajaan Malaysia, bina lah MODUL SAHABAT PERKASA MENURUT SIASAH ISLAM. Kerajaan boleh gunakan kepakaran ahli psikologi, psikiatri dan teologi negara yang banyak dibawah ketua JAKIM, KKM dan KPM.

11. Jangan buruk sangka dimana sumbingnya retorik saya ini. Sesungguhnya, buruk sangka adalah sebohong-bohong cakap. Untuk berjaya macam bangsa China, kita wajib menghormati orang tua dan ketua kita. Baharulah lahirkan bangsa yang cekap, tak mudah gagap dan berjiwa sedap. Jua jangan suka sentap, agar tidak jatuh tertiarap.

12. Berkata UMMAT NABI S.A.W bernama Maimun bin Mahran…..Barangsiapa yang suka berkawan, tetapi tidak suka lah ia melebihkan kawan atas dirinya sendiri, maka lebih baik ia berkawan dengan ahli kubur………(Kitab Mauizhatul Mu’minin, Sheikh Jamaluddin Al Qasimi, hal.269).

TABARAKALLAH.
HARAPLAH SELAGI BERNAFAS.
DIRGAHAYU BANGSAKU.

Monday, 3 February 2014

RINDUKANLAH


Ku Benar-Benar Sayang 
Pada Dirimu Oh Kasihku 
Janganlah Engkau Ragu 
Pada Diriku

Dan Ku Berkelana Mencari 
Harapan Yang Kita Impikan.. 
Dari Terbitnya Sang Suria... 
Hingga Tenggelam..

Dan Ku Ingin Cinta Sejatimu 
Dan Ku Ingin Harapan Hatimu 
Oh Janganlah Engkau Bersedih 
Oh Ikhlas-Ikhlaskanlah.. Hatimu

Rindu-rindukanlah Diriku 
Sepanjang Hari-Harimu 
Sayangku 
Ku Adalah Milikmu 
Sayangku Adalah 
Milikmu Yang Kau Rindu..

Doa-doakanlah Diriku Di Dalam Hatimu 
Di Dalam Nafasmu 
Sepanjang Hari-harimu..



BANANA WAL PAYAPA



YA ALLAH.....KURNIAKANLAH AKU SEBUAH KEBUN.......NAK TANAM BANANA DAN PAYAPA...........AMIN. TQ ALLAH.


Sunday, 2 February 2014

yakin boleh

Kalau harimau boleh berubah sikap, manusia 100 kali lagi boleh berubah jadi lebih baik, adil, pintar dan bertakwa.........apa yang penting, berilah dianya peluang dan fahamilah latarbelakang keluarga dan alam kanak-kanaknya.............barulah kita rasa empati dan wajar untuk membantunya.......


FALSAFAH INDAH



indah adalah lamunan
indah pabila mengenal iman
indah pabila sembuh dari kesakitan
indah pabila hidup selamat dan aman
indah pabila mudah faham ilmu dan pimpinan


PSIKOLOGI KONSEP KENDIRI UNGGUL DALAM KALANGAN KANAK-KANAK

Pernyataan dibawah adalah merupakan kaedah bagi membina konsep kendiri kanak-kanak atau anak yang berkeyakinan tinggi;

1)    Usah cepat membantu anak dalam pelbagai perkara.  Semua ibu bapa sayangkan anak-anaknya.  Tetapi usah jadikan rasa sayang sebagai alasan untuk cepat membantu mereka.  Bukanlah salah membantu anak-anak kita tetapi ada ketikanya anak-anak perlu diberikan peluang mencuba dan melakukan kesilapan.  Dari kesalahan dan kesilapan inilah mereka belajar.   Ketika anak masih bayi, apabila dia mula pandai berjalan maka dia mula belajar naik tangga.  Biasanya ibu bapa akan terus dukung anaknya dan bawa naik ke tingkat atas sebab takut anak jatuh.  Ibu bapa yang prihatin sebaliknya akan mengawasi dan membiarkan anak-anaknya menapak satu anak tangga ke anak tangga yang lain.  Dari situ anak itu belajar.  

2)    Biarkan anak dimarahi guru apabila mereka lakukan kesalahan.  Ada ibu bapa yang sanggup menghantar buku latihan anaknya semula ke sekolah kerana bimbang anaknya nanti dimarahi guru atau didenda.  Mungkin jika itu kesalahannya yang pertama maka kita hulurkan bantuan dengan menghantar buku itu ke sekolah.  Tetapi bagaimana pula kalau masalah yang sama dilakukan oleh anak berulang kali?  Bermakna anak kita sudah membentuk satu tabiat tidak bertanggung jawab.  Oleh itu biarkan anak dimarahi dan didenda oleh gurunya.  Dari situ dia akan belajar.  Biar dia menjadi seorang yang berani menerima kesalahan dan berhadapan dengan risikonya.  Sebagai ibu bapa usah campur tangan.

3)    Berikan anak-anak peluang bergaul.  Dunia internet hari ini meluaskan pergaulan anak-anak.  Mereka boleh kenal sesiapa sahaja melalui laman sembang, facebooktwitter dan seumpamanya.  Namun begitu, pergaulan bentuk ini tidak sama seperti pergaulan secara langsung.  Anak-anak tidak boleh dikurung di rumah dan dihalang dari keluar bersosial.  Biarlah anak berkawan asal sahaja kita tahu siapa rakan-rakannya, ibu bapa mereka, aktiviti yang dilakukan serta lokasi pertemuannya.  Dalam masa yang sama lakukan pemantauan sebab kita tidak mahu anak-anak terlibat dengan aktiviti yang tidak sihat.  

4)    Dedah anak-anak dengan aktiviti lasak.  Aktiviti-aktiviti lasak seperti ‘flying fox’, panjat dinding batu, berkuda, memanah, berenang dan seumpamanya dapat meningkatkan keberanian dalam diri anak.  Bayangkan di barat ada aktiviti ‘bungee jumping’.  Aktiviti ini memerlukan kaki kita diikat dan kemudian terjun dari satu kedudukan yang tinggi langsung ke bawah.  Pasti menakutkan dan menggerunkan.  Tetapi apabila selesai mencubanya pastilah keberanian diri meningkat.  Malah di Malaysia kini sudah ada aktiviti ‘bungee jumping’ ini.  Sebenarnya banyak lagi aktitivi yang boleh dilibatkan bagi menguji keberanian anak-anak.  Misalnya adakah anak kita berani naik ‘roller coaster’ atau sentiasa mengelak.  Jadikanlah anak kita seorang yang lasak dan berani kerana ia penting dalam pembentukan jati diri mereka.

5)    Bawa anak ke majlis orang dewasa.  Berikan anak-anak bergaul dengan orang tua atau mereka yang lebih dewasa dari usianya.  Berikan dia ruang bertanya dan bercerita.  Pengalaman ini akan menjadikan dia seorang yang berani berdepan dengan orang ramai nanti.  Ada ibu bapa yang masih berpegang pada kepercayaan bahawa membawa anak-anak ke majlis orang tua sebagai kurang adab.  Kita tengoklah apa bentuk majlisnya itu. Memang ada yang tidak sesuai di bawa anak.  Tetapi kalau majlis menyambut bayi, hari lahir, kenduri kendara, perkahwinan dan sebagainya maka bawalah mereka bersama.

6)    Latih anak mengambil risiko.  Anak-anak perlu dilatih agar berani mengambil risiko.  Mengambil risiko bukanlah bermakna melakukan sesuatu pekerjaan secara membuta tuli atau meletakkan dirinya pada kedudukan yang membahayakan.  Ada bezanya melakukan kerja bahaya dengan kerja berisiko.  Memanjat pokok itu kerja berisiko.  Tetapi kalau bergayut di dahan tinggi tanpa sebarang langkah keselamatan itu adalah kerja berbahaya.  Begitu juga memberi peluang anak remaja belajar membawa motosikal itu adalah kerja berisiko.  Tetapi membiarkannya membawa motosikal tanpa memakai topi keledar dan memecut laju itu kerja berbahaya.  Anak-anak perlu tahu beza antara risiko dan bahaya.

7)    Bercakap secara positif.  Bagi menanam keberanian dalam diri anak, ibu bapa perlu bercakap secara positif dan sentiasa menunjukkan pada anak yang kita yakin serta percaya akan kebolehan dirinya.  Anak-anak juga perlu tahu dan sedar yang ibu bapanya bersedia menerima kekurangan, kesalahan dan kesilapan yang dilakukannya dengan hati yang terbuka asasl sahaja mereka belajar sesuatu dari pengalaman itu.  Sifat terbuka ibu bapa penting bagi menjadikan anak-anaknya seorang yang berani mencuba dan bertindak.

SEE AND WORK